jadi inget masa SMU

Suatu riwayat menyatakan bahwa “Sang Nabi” ini pernah menjalin cinta dengan seorang wanita yang bernama May Ziadah, atau yang sering dipanggil Mary. Masa itu, Mary adalah seorang yang kritikus sastra. Ia sering mengkritik karya-karya yang baru diterbitkan, terutama karya Gibran. Dari kesukaannya itu, ia kemudian mengirmkan surat kepada Gibran yang berisi tentang kritik terhadap tulisan-tulisan Gibran.
Gibran tentunya senang karena memperoleh kawan yang bisa diajak berbagi. Dari itulah kisah Gibran dan Mary berawal. Anehnya, disebutkan bahwa antara Gibran dan Mary tidak pernah bertatap muka. Mereka hanya saling bertukar kabar melalui surat. Hal ini dapat dilihat dalam kumpulan surat cinta Kahlil Gibran. Disana dicantumkan sejumlah surat dari Gibran kepada Mary yang berisi tentang kata-kata yang –tetap- berbunga-bunga. Disebutkan juga bahwa suatu ketika Gibran melarang Mary untuk mengirimkan fotonya. Benar-benar aneh.
Barangkali seperti itulah Gibran. Memilih untuk melakoni cinta platonik. Cinta tanpa tatap muka. Cinta tiada bersua. Cinta yang hanya terukir melalui kata-kata dalam selembar surat.
Gibran ternyata bukan satu-satunya manusia yang melakoni cinta platonik tersebut. Di zaman modern saat ini, ternyata ada banyak orang, terutama remaja, yang terjebak untuk menjalani cinta seperti itu. Hal ini didukung oleh perkembangan teknologi. Benar, sudah menjadi rahasia umum kalau pada masa ini banyak remaja yang menjalin hubungan melalui sekerat pesan di ponsel alias HP.baca selengkapnya